Solusi Untuk Menangkis Penyebaran Hoaks Di Kalangan Remaja

oleh -598 Dilihat
Solusi untuk menangkis penyebaran hoaks di kalangan remaja
Solusi untuk menangkis penyebaran hoaks di kalangan remaja

Web portal pendidikan – Selamat pagi sobat keluhkesah.com, kali ini saya akan membagikan seputar artikel edukatif dengan judul solusi untuk menangkis penyebaran hoaks di kalangan remaja. Berikut ulasannya dapat saya sampaikan dibawah ini.

Solusi Untuk Menangkis Penyebaran Hoaks Di Kalangan Remaja

Solusi untuk menangkis penyebaran hoaks di kalangan remaja
Solusi untuk menangkis penyebaran hoaks di kalangan remaja

Grobalisasi abad-21, mendorong modernisasi di segala aspek kehidupan. Modernisasi merupakan proses untuk mensejajarkan tuntutan kehidupan sebagai dampak yang ditimbulkan dari grobalisasi, terutama di negara Indonesia. Dulu guru mengajar siswanya menggunakan papan tulis, sekarang pembelajaran bisa dilakukan mengunakan proyektor.

Petani yang dulunya membajak sawah dengan kerbau, sekarang dimudahkan dengan adanya mesin traktor, sehingga modernisasi menjadi pertimbangan untuk menjalankan program pembangunan di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, modernisasi justru menimbulkan pengaruh negatif bagi peradaban saat ini, seperti media sosial yang kerap disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Kemudahan mengakses di segala situs dan kenyamanan dalam menggunakan aplikasi sangat dirasakan di kalangan anak-anak dan remaja saat ini, sehingga mereka sangat rawan terpengaruh oleh dampak negatif modernisasi.

Salah satunya yang sedang ramai diperbincangkan adalah “Hoaks”, arti hoaks menurut KBBI adalah berita bohong. Remaja Indonesia mudah terpengaruh oleh berita-berita yang menyesatkan, salah faktor yang mempengaruhi penyebarannya adalah lemahnya minat baca masyarakat Indonesia.

Padahal membaca bermanfaat bagi kemampuan kognitif seseorang, seperti menalar dan menyimpulkan. Membaca membawa seseorang menuju pengetahuan yang tiada batas, semakin tekun membaca semakin banyak yang mereka ketahui.

Disinilah bagian yang perlu diperbaiki, meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia, khusunya remaja yang merupakan generasi bangsa. “Pola 20MB” atau 20 Menit Baca sebagai solusi untuk meningkatkan minat remaja dalam membaca, dengan membiasakan membaca selama 20 menit dan konsisten dilakukan setiap hari.

Terbiasa membaca membuat seseorang lebih berfikir rasional, sehingga mereka tidak mudah percaya dengan informasi yang bersifat hoaks. Penyebaran hoaks yang dapat mengancam keutuhan bangsa, tidak lagi menjadi sumber keresahan masyarakat, maka pola ini patut diapresiasi dan dipraktikkan dalam lingkungan sosial.

Pola 20MB(20 Menit Baca): Solusi untuk menangkis penyebaran hoaks dikalangan remaja Indonesia

Pola 20MB merupakan solusi menangkis penyebaran hoaks di kalangan remaja
Pola 20MB merupakan solusi menangkis penyebaran hoaks di kalangan remaja

“Literasi akan membuat orang tak mudah diprovokasi” demikian yang menjadi topik pembicaraan Putra Nababan dalam acara Motivasi Duta Baca Daerah dan Lomba Bercerita Bagi Siswa SD/MI Tingkat Nasional Tahun 2018.

Literasi bukanlah kata asing bagi seseorang yang memiliki pengetahuan luas dibidang bahasa, makna yang terkandung juga kompleks sesuai dengan konteks yang disandingkan.

Menurut National Institut for Literacy, literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, kemampuan dalam berliterasi menjadikan seseorang berfikir lebih rasional dan objektif.

John W. Miller, presiden Central Connecticut State University di New Britain, CT, melakukan penelitian terhadap 61 negara terkait Most Littered Nation In the World (WMLN) tahun 2016. Indonesia menduduki posisi negara ke 60 dari 61 negara yang menjadi objek penelitian, salah satu faktor yang digunakan Miller dalam penelitiaannya adalah ukuran perpustakaan dan aksesibilitas.

Budaya baca dapat dipelajari dari negara maju yang memiliki sumber daya manusia dengan minat bacanya tinggi dan fasilitas yang sesuai, seperti di Inggris yang memiliki tradisi reading day setiap hari minggu dan perpustakaan besar yang dikelola dengan baik. Hal ini patut dijadikan contoh dalam menumbuhkan minat baca masyarakat Indonesia yang masih tergolong rendah.

Modernisasi membuat nilai-nilai kehidupan yang seharusnya diperoleh individu, menjadi tidak diterima sepenuhnya atau terserap secara sempurna. Kebanyakan orang dewasa tidak mampu menyesuaikan perkembangan sebagai dampak dari modernalisasi tersebut, apalagi remaja dalam menyaring dan menerima hal-hal baru. Apa yang diketahui bisa saja langsung ditelan mentah-mentah tanpa mencari rasionalisasinya.

Fatalnya lagi, mereka mudah mempercayai informasi yang belum tentu andal, daripada mencari tahu kebenarannya melalui sumber terpercaya seperti berita, koran, dan buku. Modernisasi kehidupan, membuat remaja cenderung bersikap praktis dan memilih hal-hal sederhana untuk menyikapi atau menyelesaikan setiap permasalahannya.

Apa dampak lain dari modernisasi yang membawa pengaruh negatif bagi remaja? Penyebaran berita bohong atau popular dengan sebutan “Hoaks” adalah persoalan yang tidak bisa dianggap remeh.

Menurut Bramy Biantoro (2016) ada empat bahaya yang ditimbulkan dari informasi hoaks, yaitu hoaks membuang waktu dan uang, hoaks jadi pengalih isu, hoaks sebagai sarana penipuan publik, serta hoaks sebagai pemicu kepanikan publik.

Dampaknya bisa mengancam integrasi bangsa, seperti permasalahan sosial yang berawal dari salah paham, putus pertemanan, permusuhan, bullying, hingga kekerasan sosial. Kekerasan sosial pun masih menjadi topik hangat yang dibicarakan di Indonesia, baik kekerasan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Modernisasi teknologi sebenarnya memberikan dampak positif seperti kebebasan berpendapat bagi kalayak umum, namun pada praktiknya justru dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan berita yang tidak benar.

Hadirnya media sosial dan jejaring sosial, seperti Instagram, whatsApp, facebook, dan lain-lain, justru sebagai media perantara untuk menyebarkan informasi hoaks di masyarakat. Penyebaran hoaks yang semakin cepat ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bahwa media sosial harusnya mempercanggih sistem filternya, sehingga konten-konten yang tidak baik dapat diblokir atau dihapuskan.

Disisi lain masyarakat Indonesia juga kurang bijak dalam pemanfaatan media teknologi seperti handphone, laptop atau alat elektronik sejenis. Pasalnya, pada 26 Oktober 2018 lalu, Kemkominfo memblokir lebih dari 900.000 situs yang berkonten negatif.

Tidak hanya integrasi bangsa, tetapi moral bangsa juga terancam. Semestinya perkembangan teknologi digunakan sebagai sarana penambah pengetahuan masyarakat, wadah bagi mereka yang memiliki kelebihan untuk menyalurkan bakat, atau sekedar berbagi informasi yang bermanfaat bagi sesama.

Begitu juga remaja, mereka calon penggerak bangsa. Bagaimanapun nasib suatu bangsa tergantung dari kualitas penerusnya, jika sejak dini disuguhi dengan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan moral bangsa, maka tidak ada jaminan bahwa masa depan bangsa nantinya akan lebih maju dari pada pendahulunya.

Cinta baca bisa menjadi pondasi untuk membentengi remaja dari maraknya penyebaran hoaks. Ketika memperoleh informasi atau berita, usahakan untuk mencaritahu dari sumber terpercaya yang menyediakan informasi tersebut, misalkan buku.

Membiasakan diri untuk banyak membaca buku akan mendorong otak untuk menalar dan cenderung berfikir, sehingga pembaca bisa menilai apakah informasi tersebut dapat diandalkan terkait keakuratannya dan kebenarannya. “Buku adalah jendela ilmu”, jika seseorang ingin berilmu maka buku adalah sumbernya, jika ingin mencintai buku maka harus membacanya. Membaca bukanlah aktivitas berat, karena itu semua orang pasti mampu melakukannya.

Sayangnya, aktivitas membaca tidak semenarik menonton TV dan bermain. Dilihat dari kegiatannya, menonton TV merupakan aktivitas menyenangkan bagi usia anak-anak hingga remaja, namun tidak ada yang menyadari bahwa efek menonton TV bagi kognitif seseorang itu tidak baik.

Hiraku Takeuchi dari Universitas Tohoku melakukan penelitian tentang efek jangka panjang dari menonton TV pada 276 anak. Hasil penelitian menunjukan semakin lama anak-anak menonton televisi dapat menurunkan kemampuan penalaran verbal, bagian otak yang dinamakan lobus frontalis menebal yang berdampak pada gairah dan kemampuan nalar seseorang.

Kebalikannya, membaca justru memberikan manfaat refleksi bagi pelakunya, terlepas dari jenis bacaan apa yang diminati.

Berdasarkan penelitian di University of Sussex, waktu membaca selama enam menit dapat mengurangi tingkat strees sebesar 68 persen. Hasil survei ini menunjukan bahwa membaca juga mengalahkan kegiatan lainnya, seperti mendengarkan musik (61 persen), minum teh atau kopi (54 persen), dan berjalan-jalan (42 persen).

Tidak ada ruginya ketika seseorang membaca, semakin banyak membaca maka semakin sadar bahwa banyak hal di dunia ini yang tidak diketahui. Manfaat membaca tidak sebatas menambah pengetahuan pada diri seseorang, dari membaca mereka dapat mengasah kemampuan linguistiknya.

Memiliki segudang kosakata, bahasa, dan kemampuan mengolah kata adalah aset diri yang tidak semua orang miliki, makanya membatasi diri untuk membaca merupakan kerugian bagi orang-orang yang menganggap remeh aktivitas tersebut.

Mengubah pola pikir generasi adalah misi jangka panjang bangsa saat ini, sedangkan meningkatkan minat baca barulah tugas nyata untuk mewujudkan misi tersebut. Melalui pola 20MB inilah, menjadi solusi yang patut diimplementasikan oleh orang tua, tenaga pendidik, lembaga dan gerakan pendidikan di Indonesia untuk memperbaiki minat baca masyarakat Indonesia, khususnya remaja Indonesia.

Seperempat penduduk Indonesia adalah penduduk usia 10-24 tahun, pada fase ini individu sangat produktif dalam segala aspek kehidupannya.

Harris dan Sipay (Mujiati, 2001: 24) mengemukakan bahwa minat baca dipengaruhi faktor personal dalam diri anak meliputi:

  1. usia,
  2. jenis kelamin,
  3. intelegensi,
  4. kemampuan membaca,
  5. sikap,
  6. kebutuhan psikologis.

Keterkaitan usia dan kemampuan membaca dalam diri seseorang, menjadi alasan bagi organisasi-organisasi gerakan membaca di Indonesia untuk menumbuhkan minta baca anak sejak usia dini.

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002:15) pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun.

Pemikiran operasional formal adalah tahap dimana seorang anak telah mampu berfikir abstrak dan logis dengan dasar menebak atau “kemungkinan”, artinya remaja awal (usia 11-15 tahun) memiliki kemampuan menganalisa dan menentukan beberapa opsi yang memungkinkan atas masalah yang dimiliki.

Pada praktiknya, mereka mengaitkan beberapa gagasan, melakukan pengamatan, memcari pengalaman, dan menyesuaikan pola fikir sesuai dengan informasi yang baru diperoleh.

Remaja rentang menerima pengaruh dari luar, namun memiliki perkembangan kognitif yang luar biasa baik, maka alangkah baiknya jika kondisi ini dapat dimanfaatkan dengan mengimbangi proporsi baca yang cukup, sebagai tindakan preventif untuk mencegah missunderstanding pada pola pikir remaja.

20 minutes  reading  of  mother  and  child, adalah program popular di negara Jepang khusus untuk ibu dan anak, Program ini mewajibkan seorang ibu mengajak anaknya membaca selama 20 menit sebelum tidur.

Di negara ini penduduknya memiliki kebiasaan berdiam diri di perpustakaan selama berjam-jam, karena memang sejak kecil memiliki dibiasakan membaca. Tipikal remaja Indonesia yang mudah bosan dapat disiasati dengan memberikan waktu efektif membaca bagi mereka.

Selama tidak membuat mereka bosan, merusak mood, mengganggu atau menunda waktu pribadi mereka, maka mempraktikan atau membiasakan pola 20MB tidaklah sulit. 20MB atau 20 Menit Baca adalah jalan terobosan menuju peningkatan minat baca remaja.

Membiasakan pola 20MB setiap hari secara konsisten dengan harapan pola ini akan tertanam menjadi rutinitas yang tidak ditinggalkan oleh remaja. Membaca disini memberikan kebebasan bagi anak untuk memilih bacaan sesuai dengan apa yang diminati.

Pola 20MB dapat diterapkan di rumah, sekolah, maupun tempat umum seperti perpustakaan kota, taman bermain, atau kelompok belajar di masyarakat.

Baca juga :

Ada Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menerapkan Pola 20MB


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan pola 20MB untuk meningkatkan minat baca pada remaja adalah sebagai berikut :

  • Mindset Positif

Sebagai orang tua, guru atau tokoh masyarakat yang hendah menerapkan pola 20MB, harus mengetahui bagaimana pendapat remaja terhadap aktivitas membaca. Jika mereka kurang tertarik dengan membaca, maka berikan mereka kesan baik yang berhubungan dengan membaca,

misalkan memberikan cerita inspiratif mengenai tokoh-tokoh nasional atau internasional yang memiliki hobi membaca, memberi penjelasan tentang manfaat membaca, atau mengaitkan cita-cita mereka dengan pentinnya membaca dan menjadi sumber pemecah masalah (model sharing). Intinya, bagaimana cara agar remaja menjadi lebih terbuka pikirannya tentang keutamaan membaca.

  • Waktu Luang

Jangan sampai waktu penting yang dimiliki remaja digunakan sebagai waktu untuk membaca, atau memaksa mereka membaca sebelum melakukan hal-hal yang ingin dilakukannya.

Apabila hal seperti ini terjadi maka kedepannya mereka enggan untuk membaca dan tidak menyukai pola 20MB yang telah direncanakan, tentunya mereka akan memperjuangkan slogan “Jangan sampai membaca mengorbankan waktu berkualitasmu” daripada membaca selama 20 menit.

  • Fasilitas

Tempat untuk membaca usahakan nyaman dan mendukung untuk kegiatan membaca, bukan tempat ramai, pengap dan menjemukan. Kemudian sumber bacaan yang aman untuk dibaca remaja, seperti buku pengetahuan, biografi, atau buku cerita-cerita yang sesuai usia.

Membaca juga tidak hanya dari buku dan media cetak sejenis, tapi juga dari artikel dan website terpercaya yang dapat direkomendasikan untuk anak-anak remaja, misalkan ketika ingin memperoleh buku elektronik lengkap dan gratis dapat mengakses website “b-ok.org”, untuk itu fasilitas yang perlu dipersiapkan seperti laptop, atau komputer dan sambungan internet.

  • Kebebasan

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kebebasan membaca bagi remaja itu penting selama itu aman dan akurat.

Kombinasi dalam memberi kebebasan membaca bisa gunakan, misalnya diwaktu tertentu remaja diizinkan membaca komik, ketika bacaan sudah selesai, mereka diberikan bacaan tentang pengetahuan, di kemudian hari diberikan buku sejarah, demikian seterusnya dapat dikombinasikan.

  • Penghargaan

Usahakan untuk menghargai setiap tindakan yang dilakukan remaja, seperti memberikan mereka makanan kesukaannya sebagai teman baca selama 20 menit tersebut, atau mengajak mereka seminggu sekali ke toko buku untuk membeli buku yang mereka inginkan bukanlah ide yang buruk.

Dengan menumbuhkan kesadaran kepada remaja tentang pentingnya membaca, dapat menjadi langkah awal untuk mencegah penyebaran hoaks dikalangan anak muda.

Remaja Indonesia menjadi kaya ilmu dan terbiasa mengandalkan penilaian pribadi daripada mendengarkan atau membaca sekilas informasi yang diperoleh.

Semakin mereka terbiasa membaca, semakin besar pula keinginannya untuk menggali banyak informasi, menjadikan remaja Indonesia sebagai generasi yang berintelektualitas tinggi. Jika masyarakatnya berintelektual maka disintegrasi bangsa tidak akan mengancam dan menimbulkan keresahan bagi masyarakat Indonesia.


Erlina puspita istikomah
Erlina puspita istikomah

Penulis : Erlina Puspita Istikomah
Merupakan mahasiswi jurusan Akutansi di Universitas Negri Malang

Artikel ditulis oleh @erlina dengan judul artikel Solusi Untuk Menangkis Penyebaran Hoaks Di Kalangan Remaja. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi pengembangan artikel lebih lanjut.

Kamu juga bisa menulis karyamu di belapendidikan, dibaca jutaan pengunjung, dan bisa menghasilkan jutaan rupiah. Klik disini untuk kirim tulisan, atau bisa lewat email kami cs@keluhkesah.com

Kata kunci : Solusi untuk menangkis penyebaran hoaks di kalangan remaja

Tentang Penulis: Ahmad Andrian F

Gambar Gravatar
Bukan penulis profesional namun selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk para pembacanya. Mencerdaskan generasi milenial adalah tujuan situs ini berdiri. 800 Penulis sudah gabung disini, kamu kapan ? Ayo daftarkan dirimu melalui laman resmi keluhkesah.com