Web portal pendidikan – Selamat sore kawan kawan semua, tema yang akan kita angkat kali ini tidak jauh dari yang namanya korupsi. Judul yang dibuat oleh teman kita ini mengajak semua kalangan masyarakat, mari kita perangi korupsi. Untuk lebih lengkapnya dapat kita ulas sebagai berikut.
Mari Kita Perangi Korupsi !
Jika mendengar kata korupsi, kata apa yang pertama terbesit di kepala kita? Umumnya pasti pencegahan, pemberantasan, dan pemusnahan. Kalimat-kalimat itu terus terngiang dalam otak para pemimpin negri kita, tapi ternyata ngiangan itu belum cukup untuk mendorong tindak nyata pemberantasannya. Indonesia tetap menduduki tempat teratas sebagai negara terkorup di Asia.
Political and Economic Risk Consultancy Ltd (PERC), sebuah lembaga pemeringkat yang berkedudukan di Hong Kong, menyatakan dalam penelitiannya pada tahun 2005, menempatkan Indonesia sebagai negara terkorup, disusul Filiphina dan Vietnam. Singapura, Jepang, dan Hong Kong adalah tiga negara yang paling bersih.
Baca : Pengertian dan Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia
Sebelumnya, lembaga Indonesia juga melakukan survei terhadap praktik korupsi di kabupaten/ kota di Indonesia. Hasilnya mengejutkan, Ibu kota kita tercinta ternyata menduduki posisi teratas, dengan rana pengadilan sebagai lahan yang paling marak bagi praktik korupsinya.
Kita akhirnya berpikir dalam hati, apa yang salah? Apa yang salah dengan perang terhadap korupsi yang didengung-dengungkan dari presiden satu ke presiden yang lain di era reformasi?
Setelah Pak Harto jatuh, kita mendengar janji-janji diumbar para penggantinya, mulai Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka menganggap korupsi sebagai musuh utama yang wajib diberantas, akan tetapi, semakin kencang dan keras teriakan anti korupsi, semakin berat rasanya memenangkan perang melawannya.
Bahkan, predikat sebagai negara terkorup tidak berubah di saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan kepada publik bahawa dia akan memimpin sendiri perang melawan korupsi.
Lagi, kita bertanya, apa yang salah? Sekarang lembaga-lembaga anti korupsi sudah banyak dibentuk, sekarang juga DPR dan pers semakin bebas mengontrol kekuasaan yang biasanya menjadi sumber perbuatan-perbuatan korup.
Lembaga Korupsi sudah dibuat, namun korupsi masih ada ?
Lantas apa yang salah dengan semua ini? Kita boleh saja berbangga, mengatakan telah berbuat banyak. Kita boleh menunjukan kasus-kasus besar yang telah dibawa ke pengadilan.
Boleh saja memang, kita bertepuk dada bahwa telah menyeret satu atau dua tokoh terkenal ke muka pengadilan. Namun, yang menjadi persoalan adalah mengapa kita belum juga memperoleh pengakuan bahwa kita telah bersungguh-sungguh perangi korupsi?
Jawabannya sederhana, kita berteriak dengan sekencang-kencangnya tentang perang melawan korupsi. Padahal sebenarnya, kita setengah hati memberantasnya. Kita berteriak keras, tetapi tidak diimbangi oleh keberanian yang cukup.
Baca : Bagaimana Hubungan Korupsi dan Politik di Indonesia
Hingga saat ini, kita tetap saja ragu memberlakukan pembuktian terbalik. Juga undang-undang perlindungan saksi tidak diproses dengan sungguh-sungguh. Parlemen tidak bersungguh-sungguh dalam dua soal ini, karena seperti kita ketahui semua, DPR telah muncul sebagai sarang korupsi baru.
Jadi, soal perangi korupsi tidak semata pekerjaan di wilayah hukum yang melibatkan jaksa, polisi, dan hakim. Korupsi harus menjadi pekerjaan seluruh instasi. Dengan kata lain, perang terhadap korupsi harus menjadi gerakan yang sungguh-sungguh.
Pada akhirnya, perubahan citra kita di dunia dalam soal korupsi adalah masalah persepsi. Persepsi dunia belum berubah karena kita memang tidak berani melawan korupsi. Bila tidak ada tindakan super berani, korupsi akan menjadi ciri negativ yang sulit dihilangkan ketika kita berbicara mengenai Indonesia.
Ini mungkin adalah dua hal yang berbeda, antara kita ingin menghilangkan citra jelek kita di mata dunia atau sungguh-sungguh melawan korupsi. Kita masih berada di antara kedua pilihan itu, jika hati kita masih terbagi menjadi dua kubu, bagaimana bisa kita dengan serius perangi korupsi itu sendiri.
Citra dan Keseriusan Dalam Perangi Korupsi
Kita harus memilih, antara citra dan keseriusan kita memerangi korupsi. Karena kita tidak bisa dengan hati yang setengah-setengah berteriak keras melawan korupsi, kita bisa saja kalah perang melawannya. Kita harus membuat strategi yang tepat untuk bisa menang melawan korupsi.
Baca : Korupsi dan Pengaruhnya Terhadap Pembangunan Nasional
Karena sesungguhnya perang melawan korupsi, lebih sulit dibandingkan perang melawan penjajah di era reformasi. Jangan hiraukan citra kita, jika kita bertanya mengapa citra kita belum baik di jaman yang sudah merdeka ini, maka tanyakan pada diri kita sendiri.
Jangan pandang pemerintah, pandang dan bercerminlah pada diri kita. Mari tepuk pundak pemimpin kita saat ini, beritahu dia bahwa kita akan turut serta menjadi tentara utama untuk perang melawan para koruptor.
Kita patut berbangga, karena di kepemimpinan Pak Joko Widodo ini Indonesia mulai menunjukan perkembangan yang signifikan dan luar biasa baik. Jika kita berbicara tentang Indonesia maka kita berbicara mengenai perangnya melawan korupsi.
Artikel ditulis oleh Dini Riani,
Seorang siswi SMA Kelas 10 MIA2 SMAN 4 Cilegon

Akun Sosial Media :
• Instagram : drdiniriani
• Facebook : Dini Riani
• Line : dr_dr30
• WA : 083812659908
• Wattpade :Dini Riani
• Email : drdiniriani@gmail.com
• No kontak : 085866684491
Artikel ini di tulis oleh Dini Riani kamu juga bisa menulis karyamu di belapendidikan, dibaca jutaan pengunjung, dan bisa menghasilkan jutaan rupiah setiap bulannya, Daftar Sekarang