web portal pendidikan – Tau kah anda kenapa filsafat politik sebagai filsafat kesadaran ? Semua akan kami bahas dalam artikel kali ini. Sebelum kita menjelaskan kenapa filsafat politik bisa dikatakan sebagai filsafat kesadaran, saya akan menjelaskan terlebih dahulu tentang apa itu filsafat.
Filsafat Politik Sebagai Filsafat Kesadaran
Kurang lebih 5 tahun mempelajari filsafat politik, aku tersadar, bahwa filsafat politik, pada hakekatnya merupakan filsafat kesadaran. Esensi dari filsafat politik merupakan filsafat kesadaran. Dua konsep ini, yakni filsafat politik dan filsafat kesadaran, pasti butuh penjelasan terlebih dahulu. Mari kita mulai dengan pengertian dasar dari filsafat.
Filsafat merupakan pemahaman mengenai kenyataan yang diperoleh dengan cara logis, kritis, rasional, ontologis dan sistematis. Kenyataan berarti merupakan segala yang ada, mulai dari jiwa manusia, politik, ekonomi, budaya, seni hingga dengan kesadaran. Logis berarti filsafat memakai penalaran akal budi manusia. Filsafat bukanlah gaib yang melepaskan diri dari penalaran akal budi.
Pandangan yang rasional merupakan buah dari penalaran seperti ini. Rasional berarti sebuah pernyataan alias pemahaman yang bisa diterima dengan akal budi, lepas dari latar belakang orang yang mendengarnya. Orang bisa berasal dari agama apapun, tergolong ateis, tetapi masih bisa memahami pernyataan tersebut. Kritis berarti filsafat rutin mempertanyakan segala sesuatu, tergolong jawaban yang dihasilkannya sendiri.
Dalam pengertian ini, filsafat tidaklah berakhir beres. Ia bersifat terbuka, dan tiap saat berakhir dengan pertanyaan baru. Ia bagai petualangan intelektual yang tidak sempat berhenti. Pertanyaan dan jawaban diarahkan pada unsur dasar, alias hakekat, dari apa yang dibicarakan. Inilah yang disebut sebagai ciri ontologis dari filsafat, yakni menggali hingga ke dasar dari apa yang sedang menjadi tema diskusi. Semua bentuk jawaban dan pertanyaan di dalam filsafat kemudian dirumuskan dengan cara sistematis, yakni jelas, mudah dimengerti dan terhindar dari segala bentuk lompatan logika ataupun permengenaian.
Filsafat Politik Sebagai Filsafat Kesadaran
Filsafat politik dan filsafat kesadaran berdiri di dalam bayang-bayang definisi filsafat di atas. Filsafat politik merupakan cabang dari filsafat yang hendak memahami hakekat dari kehidupan politik manusia, dan membagi arahan mengenai cara untuk menciptakan politik yang mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi semua. Filsafat kesadaran merupakan cabang filsafat yang hendak memahami hakekat dari kesadaran manusia. Keduanya memakai metode yang bersifat logis, kritis, rasional, ontologis dan sistematis.
Filsafat politik hendak menemukan ide dan prinsip yang memungkinkan adanya masyarakat, alias komunitas, dalam segala bentuknya. Inilah yang disebut sebagai pendekatan deskriptif di dalam filsafat politik. Pendekatan ini nantinya berkembang menjadi ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, ekonomi, politik, hukum dan ilmu budaya. Tetapi, filsafat politik selain bersifat deskriptif, ia juga normatif: ia memperkenalkan prinsip-prinsip yang memungkinkan sebuah komunitas mencapai perdamaian, keadilan dan kemakmuran bersama.
Dua prinsip yang penting di dalam filsafat politik, yakni keadilan dan kesetaraan. Ada beragam pengertian dari konsep keadilan dan kesetaraan. Filsafat politik hendak mengupas dan mengembangkan beragam pengertian tersebut, dan menempatkan kemungkinan penerapannya di beberapa kondisi. Dua prinsip ini menjadi nyata, ketika ia menjadi prinsip mutlak di dalam beberapa institusi publik yang menata keadaan politik sebuah komunitas.
Filsafat politik juga mempunyai ciri kritis. Ia tidak sempat puas dengan satu jawaban. Tidak ada jawaban final. Yang ada merupakan proses diskusi terus menerus, jadi pandangannya bisa terus menyesuaikan dengan keadaan dunia yang terus berubah dengan cepat ini.
Institusi dan Kesadaran
Akan tetapi, seusai mempelajari beragam pandangan filsafat politik, memunculkan pendapat, bahwa semua teori bakal percuma, apabila ia tidak bisa diterjemahkan ke dalam institusi, dan sungguh mengangkat perubahan nyata di dalam kehidupan bersama. Artinya, inti dasar dari filsafat politik merupakan pembangunan institusi-institusi di dalam masyarakan yang mendorong keadilan dan kemakmuran bagi semua. Tetapi, bagaimana langkah membangun institusi-institusi tersebut?
Satu cara dengan merumuskan regulasi, alias aturan, yang tepat. Tetapi, aturan setepat dan seketat apapun tidak bakal sanggup membangun institusi yang tepat untuk pengembangan masyarakat. Aturan-aturan itu justru bakal dipelintir untuk kepentingan-kepentingan korup tertentu, dan akhirnya mengorbankan kepentingan bersama. Ini telah terjadi di tidak sedikit negara, tergolong juga Indonesia.
Maka, kami butuh pendekatan lain. Aturan dan institusi yang kokoh tidak bisa dibangun, tanpa adanya manusia-manusia bermutu. Mutu dalam pengertian ini merupakan etos nasib yang unggul, seperti jujur, rajin, mau bekerja keras dan bisa bekerja sama. Maka, pembentukan manusia-manusia bermutu merupakan jalan yang butuh diperbuat terlebih dahulu. Pembentukan manusia bermutu berarti perubahan kesadaran mendasar pada tingkat pribadi.
Dapat juga dikatakan, bahwa tata institusi tidak bakal sempat mencukupi, tanpa adanya perubahan kesadaran dengan cara mendasar. Dititik inilah filsafat kesadaran memainkan peranannya untuk menunjang filsafat politik. Sama seperti filsafat politik, filsafat kesadaran mempunyai dua pendekatan, yakni deskriptif (memahami kesadaran manusia sebagaimana adanya) dan normatif (membentuk kesadaran manusia, jadi bisa sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya). Untuk membuat dua faktor ini, filsafat kesadaran tidak bisa hanya menimba ilmu dari ilmu pengetahuan dan filsafat barat saja, tetapi juga dari filsafat timur.
Memahami Kesadaran
Kesadaran manusia bukanlah otaknya. Maka, kesadaran tidak bisa dipahami dengan pendekatan biologis alias neurologis (saraf) semata. Kesadaran juga bukanlah semata fenomena empiris yang bisa ditangkap dengan indera manusia. Lebih dari itu, kesadaran juga bukanlah semata konsep yang bisa dipahami dengan akal budi manusia.
Penelitian mengenai kesadaran, hingga pada titik paling dalam, menunjukkan, bahwa konsep ini kosong. Tidak ada kesadaran di dalam diri manusia. Lebih tepat dirumuskan, tidak ada kata dan konsep yang sanggup membahas makna kesadaran dengan cara memadai. Maka bisa juga disimpulkan, bahwa memahami kesadaran manusia berarti menyadari sepenuhnya, bahwa ia kosong dengan cara konseptual.
Di dalam filsafat timur, khususnya di dalam tradisi Zen, memahami kesadaran berarti memahami inti dari seluruh alam semesta, sebab manusia dan alam semesta mempunyai substansi kesadaran yang sama. Maka dari itu, bisa dikatakan, bahwa memahami kesadaran berarti menjalani perubahan kesadaran. Proses ini berarti menyadari seutuhnya, bahwa kesadaran bukanlah sebuah rumusan konseptual yang bisa didiskusikan dengan bahasa dan konsep, melainkan sesuatu yang dialami secara langsung, tanpa penjelasan apapun. Ketika orang menyadari ini, maka ia menjalani perubahan kesadaran mendasar, yang berarti juga perubahan perilaku, dan perubahan mendasar seluruh nasibnya.
Kesadaran manusia ada, sebelum segala bentuk pikiran, konsep, bahasa ataupun kata “kesadaran” itu sendiri. Memahami dan menyadari ini dengan cara otomatis mengangkat perubahan mendasar pada pola berpikir dan cara kehidupan seseorang. Inilah pendekatan normatif di dalam filsafat kesadaran. Ketika tidak sedikit orang menyadari ini, maka otomatis hdupnya bakal dibaktikan untuk kepentingan bersama, institusi-institusi yang kokoh bisa berdiri dan keadilan serta kemakmuran bersama bisa dicapai.
Ada hubungan yang amat erat antara perubahan kesadaran dan proses pembangunan masyarakat yang adil dan makmur. Filsafat politik dan semua ilmu sosial tidak bakal bisa mewujudkan keadilan dan kemakmuran, tanpa mendorong perubahan kesadaran mendasar di tingkat kehidupan pribadi. Sudut politik dari filsafat kesadaran dan sudut personal dari filsafat politik inilah yang luput dari beragam kajian di kedua bidang tersebut.
jadi filsafat politik itu berkaitan ya dengan filsafat kesadaran?