Web portal pendidikan – Cerpen kali ini berjudul Akhir penantian klasik satu windu, yang dikirimkan oleh salah satu peserta dalam ajang lomba cerpen nasional bersama belapendidikan.com. Untuk lebih lengkapnya dapat kita lihat sebagai berikut.
Cerpen : Akhir Penantian Klasik Satu Windu (Bagian Pertama)
Bandung, 17 desember 2013 akhirnya aku tiba juga dikota tercinta tempat kelahiranku, sekarang waktu menunjukan pukul 21.00 WIB. Sesampainya disini aku langsung disambut oleh gemercik air hujan yang menambah dingin udara dikota kembang ini, dan ini membuatku ingin cepat-cepat beristirahat ditempat tidur dengan ditemani selimut tebal kesayanganku.
Untungnya aku sudah memberi kabar keluarga sejak dari Malang perkiraan aku sampai di bandara, jadi aku tak perlu menunggu lama keluarga yang menjemput. Saat bertemu mereka akupun langsung memeluk mereka, hanya sebentar kami bercengkrama dan langsung buru-buru pulang supaya bisa beristirahat dirumah.
Matahari sudah tebit, keadaan hujan yang membuat kota semakin dingin telah terganti oleh suasana cerah dan segar. Keadaan Bandung dan Malang memang agak sedikit berbeda kalo disana cuaca cenderung lebih panas jadi aku masih perlu penyesuaian disini, maklum saja sudah 8 tahun diMalang sejak awal kuliah sampai keterima kerja aku menetap disana jika bukan karena dipindahkan tugas kerja sepertinya aku hanya akan kesini 3 bulan sekali.
Sesampainya disini banyak sekali ingatan yang terlintas, terutama ingatan tentang sebuah perjuangan hidup yang dirasa cukup berat. Darimulai aku harus berjuang keras untuk daftar SMA sana sini sendiri, ketika awal masuk aku harus disibukan mengurus adik dirumah karena ibuku masuk rumah sakit, dan perihnya berjuang ketika ada keinginan yang mau ku beli tapi aku harus menahnnya dan menabung dengan merelakan tidak jajan berhari-hari.
Tapi aku juga sama sih seperti anak lain nya yang terkadang butuh refreshing ya minimal sekedar makan es krim mau itu di pedagang emperan,ruko sampai kafe sekalipun aku coba dengan catatan harganya dibawah Rp15.000,tapi biasanya aku memenuhi kebutuhanun ini kalau sedang punya uang lebih sih atau memang sudah menabung dari jauh-jauh hari. Biasanya disaat seperti ini aku suka mengajak salah seorang temanku kadang juga kebalikan nya aku yang diajak olehnya.
Tak terasa hari menjelang sore, untuk mengisi waktu disore ini aku agendakan untuk membersihkan kamar dan menyimpan barang-barangku terdahulu sempat aku baca kembali salah satu buku diary yang aku punya.
Saat membaca ternyata ada banyak deretan list tanggal yang tersusun rapih beserta keterangannya aku sempat lupa jika pernah menulis ini, tapi yang menjadi sorotan ku ada satu tanggal yang sama percis dengan hari ini hanya beda tahun yaitu 18 desember 2015 dengan keterangan alamat sebuah kafe dan tulisan angka 25 pukul 20.30 WIB.
“Ini maksudnya apaan ya, sumpah aku lupa banget” (gumam ku dalam hati). Saking penasarannya ada apa di tanggal ini aku bersiap-siap untuk pergi ke kafe yang dimaksud waktu menunjukan pukul 20.00 tak lupa membawa buku diary itu dan aku sampai di kafe itu tepat pukul 20.30 WIB.
Cerpen : Akhir Penantian Klasik Satu Windu (Bagian Kedua)
Sesampainya di kafe itu aku baru sadar kalo kafe ini adalah kafe yang pertama kali aku kunjungi sewaktu SMA, keadaan kafe ini memang jauh berbeda dengan 8 tahun yang lalu terutama dari segi artefak yang lebih lengkap, tempat yang lebih luas, dan pengunjung yang lebih ramai menambah hangat suasana kafe ini, ya sehangat kenangan masalalu ku.
Aku duduk di satu-satunya kursi kosong yang ada depan meja kasir. Sambil menunggu pesanan datang aku lanjut membaca lembar demi lembar diary ku sampai aku kembali mengingat semuanya, ternyata dulu aku pernah punya janji dengan seseorang tepat tanggal 18 desember 2025 kita bakal ketemu lagi disini.
Jujur aku lupa dengan tanggal ini yang masih ku ingat hanya sebuah penantian yang abstrak dan entah apa yang membuatku begitu yakin dengan penantian ini hingga aku memutuskan untuk tetap sendiri dari terakhir aku kenal orang itu hingga saat ini.
Walaupun keluarga ku sudah sering banget bikin kupingku panas dengan pertanyaan ‘diusia 25 ini kapan kenalkan calon?’ tapi rasanya aku belum ada niatan untuk itu padahal beberapa target ku beberapa tahun ini sudah banyak yang tercapai, tapi masih ada yang belum lengkap yaitu seseorang yang sudah lama aku nantikan.
Dulu aku mengenalnya ketika di SMA, awalnya kita cuma temen biasa tapi makin lama aku makin nyaman banget sama dia sampe kalo aku ketemu dia reaksi yang ada dijantung ini berasa lebih cepet alias bikin aku deg degan apalagi waktu dia jujur tentang perasaannya ditempat yang biasa kami gunakan untuk istirahat sepulang sekolah.
Sejak itu kita menjadi semakin dekat dan banyak banget kenangan yang kita lewatin dari mulai nonton bareng,olahraga bareng,pulang bareng,makan bareng,foto bareng sampe ngerjain orang bareng semua itu berjalan kurang lebih satu tahun lebih.
Kalo ditanya tentang kenapa aku nyaman dengan dia aku juga bingung jawabnya padahal aku sendiri tahu karakter dia yang memiliki banyak teman perempuan, masih sering ketemu mantannya, malah sempat aku melihat dia sangat perhatian waktu mantannya sakit, tapi disitu aku sering positive thinking karena aku tahu dia merupakan orang yang memiliki basic agama yang lumayan.
Ya masa sih dia tega nyakitin cewe yang dia sayang(kalo emang bener sayang tapi ya) dan parahnya lagi aku sempat diberi info oleh teman ku kalo dia lagi jalan bareng ber 2 sama mantan nya terus pernah juga pasang status yang samaan artinya.
Emang sih rasanya pas tau itu sakit banget nyampe ga nyadar pas tau itu tiba-tiba pipi basah, tapi yaudah la ya yang lalu biarlah berlalu. Sampai suatu ketika aku menyadari yang kami jalani selama ini memang lebih dari seorang teman dan menurutku ada yang keliru disini, sedangkan yang aku tahu dalam keyakinan agamaku memang sih saling mengenal itu tidak dilarang justru diharuskan tapi masalahnya mengenal dalam rangka apa dulu.
Cerpen : Akhir Penantian Klasik Satu Windu (Bagian Ketiga)
Kalo yang dimaksud boleh dalam agama itu saling mengenal (pacaran) memang tujuannya untuk ke jenjang rumah tangga, secara berumah tangga itu satu kali seumur hidup pasti nya perlu untuk mengenal satu sama lain apalagi menurutku ketika mau membangun rumah tangga itu layak nya membangun sebuah organisasi kecil yang memiliki tujuan sama dan setiap anggotanya memiliki perannya masing-masing.
Masalahnya waktu itu aku masih SMA ya pastinya belum pantes buat membicarakan hal seperti ini, tapi jika hubungan ini terus dijalani seperti ini dan hanya untuk bersenang-senang saja rasanya sangat disayangkan apalagi ini adalah masa-masanya kami untuk membenah diri, merencanakan karir untuk kesuksesan masa depan.
Akhirnya supaya ke bimbangan ku ini tidak berlarut-larut aku pun coba memberanikan diri untuk break dari hubungan ini ya walaupun beberapa kali aku merasa sangat sulit tapi disitu aku mencoba untuk kuat. Satu sampai dua minggu pikiranku selalu aja tentang dia, tapi selebihnya aku coba mencurahkan semua rasa cinta yang yang ku miliki ini kepada orang tua, ujian sekolah,bantu panti asuhan anak-anak yatim piatu.
Selain itu juga aku sibukan diri dengan persiapan untuk masuk ke perguruan tinggi, walau akhirnya aku harus nganggur 1 thn karena belum keterima diperguruan tinggi yang aku mau, dan keterima juga tahun berikutnya di perguruan tinggi itu yang berada di daerah Malang.
Singkat cerita intinya aku selalu berusaha untuk terus meningkatkan kualitas diri dan menebar manfaat, dan aku berniat membuka lagi kisah yang baru ketika nanti diusia 25 itupun hanya sekedar perkenalan untuk lebih lanjutnya aku belum terpikir hingga saat ini.
Begitupun dengan dia, setelah keputusan kami ber dua sepat untuk break dia menjalani harinya penuh perjuangan dan kerja keras untuk meraih mimpinya menjadi dokter walau sering kali dia juga melawan rasa jenuh dengan pergi ke tempat wisata atau tempat main lain nya bersama teman-teman dekatnya.
Tak terasa buku diary yang ku baca tak terasa sudah habis makanan dimeja pun sudah habis juga, aku pun terdiam seketika dan merenung untuk mengetahui apa saja targetanku yang sudah tercapai dari mulai bidang karir, kemandirian, bantu ortu dll. Setahuku dia juga sudah tercapai impiannya tapi entahlah sudah lama tak ada kabar darinya.
Tak lama dari itu tiba-tiba hp berdering bunyi message masuk. Ternyata massage ini dari danil orang yang selama ini aku tunggu isi message yaitu ‘hai vi, sekarang tanggal 18 desember ya maaf aku gak bisa datang ke kafe malam ini. Soalnya ada acara yang harus aku selesaikan, besok ada waktu kosong?
Kalo ada aku tunggu di kafe tempat biasa jam 20.00…. See you tomorrow’ aku segera membalas ‘ok’. Setelah itu aku langsung bergegas untuk pulang.
Cerpen : Akhir Penantian Klasik Satu Windu (Bagian Keempat)
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, kami bertemu di kafe biasa dan dia sudah duduk di kursi dekat pintu masuk. Akupun langsung menghampiri dan duduk didepannya. Tapi kali ini aku merasa ada yang beda dari raut wajahnya seperti ada yang berita buruk yang ingin diungkapkan, dan benar saja baru 5 menit kami basa basi dia langsung menyampaikan tujuannya.
Ohiya vi, sebelum nya maaf nih aku gak bisa lama soalnya udah harus pergi lagi jemput paman jadi langsung aja ya sebenernya aku ngajak kamu kesini… Mau ada yang aku omongin’ (dengan nada gemetar).
Ngomong aja, biasanya juga suka blak-blakan’ jawabku. Dia pun menjawab dengan kalimat padat dan jelas ‘aku dijodohin vi sama orang tua bulan depan rencana acara tunangannya, dan aku gak bisa nolak soalnya aku pengen jadi anak yang berbakti, jasa mereka udah banyak banget jadi ini itung-itunh rasa terimakasih aku buat mereka.
Maaf ya vi aku gak tepati janji kita, semoga kamu bisa dapet yang lebih baik’ (dengan mata yang berkaca-kaca). Mendengar pernyataan itu aku sangat kaget dan gabisa ngomong apa-apa, aku hanya diam dan mencoba menahan emosi ini.
Kalo kamu mau marah gaapa-apa aku siap, ini emang udah resiko’ (dengan muka meyakinkan). Aku hanya menjawab ‘oh gitu, semoga lancar ya acaranya. Maaf aku harus langsung pulang duluan’ (bergegas pulang). Selama diperjalanan pulang ucapannya tadi terus teringat dikepala, sesampainya dirumah aku langsung ke kamar sambil menyalakan music untuk penenang tidur ku. Salah satu music yang ku suka dan pas dengan keadaanku hari ini ‘adele-sameone like you’.
Sudah satu minggu berlalu kesedihanku ini masih terus terasa, supaya tidak berlarut-larut aku menghibur diri dengan pergi ke tempat yang biasa aku kunjugi sejak SMA yaitu Panti Asuhan yatim piatu, letaknya ditengah pusat kota yang tak jauh dari kantor tempat ku bekerja.
Setidaknya disana aku bisa lebih termotivasi untuk lebih kuat dan bersyukur,karena banyak anak-anak yang kurang beruntung dan memiliki masalah yang bisa jadi lebih berat. Hampir setiap 2×1 hari aku mengunjungi tempat ini entah itu hanya berkunjung,membawa makanan, atau membantu kegiatan yang ada disana.
Sampai membuat heran mbak resti ibu penjaga panti. ‘Vi, ibu mau tanya tapi jangan kesinggung ya'(sambil tersenyum). ‘Tentu, mau nanya apa bu? Ko saya jadi deg degan gini ya hehe..’ (tanggap ku sambil becanda). ‘Ibu cuma mau nanya, tumben hampir setiap hari kamu kesini biasanya 2 minggu sekali, kamu sedang ada masalah yaa??
Soalnya setau mbak para relawan biasanya ketika ada masalah sering kesini untuk sekedar menghibur diri’. Karena aku sudah dekat juga dengan mbak resti akupun cerita masalah yang sedang aku hadapi, dan mbak resti pun membantu ku dengan memberikan solusi karena kebetulan beliau merupakan psikolog juga jadi sudah biasa menangani hal seperti ini.
Sekarang aku merasa lebih lega dan bersemangat lagi untuk menjalani perjalanan hidup ini, ditengah pembicaraan nampak ada yang melambaikan tangan dari arah sebrang sana.
Sepertinya aku kenal orang itu, dia menghampiri kami dan menanyakan kabar. Dia adalah bang fatuh salah satu relawan sewaktu dulu yang sekarang sudah menjadi donatur tetap disini sama sepertiku.
Dulu kami sempat dekat karena memiliki hobbi yang sama dan dia merupakan orang yang selalu mensuport sewaktu aku beberapa kali gagal dalam perjalanan karir tapi karena waktu itu aku masih setia dengan penantianku jadi aku tidak terlalu memberi harapan lebih kepada dia, dengan usianya yang 4 tahun diatasku dia memang termasuk sosok yang dewasa dan bisa diajak untuk memecahkan masalah bersama, tapi yang namanya hati memang tidak bisa dipaksa aku hanya memanggap dia sebagai seorang kakak tak lebih dari itu setelah bang fatuh tau tentang hal itu dia memang jadi menjauh dan tidak pernah lagi menghubungiku hingga saat ini.
Cerpen : Akhir Penantian Klasik Satu Windu (Bagian Kelima)
Berawal dari pertemuan itu bang fatuh cerita banyak soal usahanya yang sempat jungkir balik hingga bisa sukses seperti sekarang. Tak sampai disini saja komunikasi ku dengan bang fat terus berlanjut kita sesekali sering makan bareng di sela-sela waktu istirahat dan dia juga sempat satu kali main ke rumah silaturahmi dengan keluarga.
Sudah hampir sebulan aku menjalin hubungan pertemanan yang baik dan cukup akrab dengan bang fatuh. Suatu ketika bang fatuh sempat cerita soal kesibukannya meniti usaha dari nol membuatnya mengkesampingkan kebutuhan rasa cinta dan memilikinya alias sampai saat ini belum memiliki pasangan.
Selain itu beberapa kali juga bang fat memberi semacam kode seperti ingin ada respon yang sama, bang fatuh juga sempat menagajk ku kerumahnya untuk sekedar silaturahmi saja dengan orang tuanya.
Dari sini aku mulai berniat untuk membuka hatiku kembali, rasanya kesedihan yang kualami sudah mulai mengikis sedikit demi sedikit, walaupun terkadang hati kecil berdoa supaya ada keajaiban datang dari yang maha kuasa.
Pagi ini udara terasa segar dan lebih cerah dari biasanya, ku mulai pagi ini dengan penuh semangat. Seperti biasa sebelum aku berangkat kerja membuka hp untuk mengechek kegiatanku hari ini sekalian liat message juga. Pagi ini ada satu massege yang membuatku sedikit terkejut, ini message dari danil.
Dia memintaku datang ke tempat biasa malam ini, ada hal penting yang mau dia sampaikan katanya. ‘paling juga mau nyebar undangan, kenapa gak lewat post aja sekalian’ (gumamku). Sepulangnya dari kantor aku langsung pergi ke tempat itu, kedatanganku lebih dulu dari danil, sekitar 10 menit aku menunggu danil pun datang dan langsung menghampiri ku lalu duduk disampingku.
Mukanya kusut, matanya bengkak seperti sudah menangis. ‘Hei apakabar?? Mau bagiin undangan ya? Yaelah mau bagiin undangan aja harus ke kafe segala, ngomong-ngomong kusut banget muka nya. Udah bedah berapa orang hari ini ? 😀 ‘ (berharap suasana jadi cair).
Danil cuma senyum sedikit dan tak menjawab apa-apa, sekitar 15 menit suasana menjadi hening, beberapa kali danil mencoba mengatakan sesuatu tapi selalu saja tidak jadi sampai akhirnya dia beranikan untuk biacara. ‘Vi, aku gak jadi tunangan.
Setelah aku coba jalanin kehidupan sesuai keinginan orang tua rasanya sulit sekali vi, sampai aku memikirkan nya berulang-ulang akupun memutuskan untuk tidak melanjutkan perjodohan ini, dan menjelaskan semuanya aku juga bilang kepada orang tua kalo sebenarnya aku sudah punya pilihan sendiri.’ (dengan muka yang sangat tegang). ‘Terus??’ (muka bingung).
Orang tua ku ingin aku supaya membawa pilihanku itu bertemu mereka, dan aku ngajak kamu kesini sekalian mau ngajak juga buat bertemu orang tuaku. Aku siap apapun itu jawabannya’ (suasana menjadi tidak karuan ditambah lagi suasana kafe yang tidak sedang ramai, lagu yang diputar sangat pas juga dengan moment ini yaitu a thousand years).
Aku bingung sebingungnya mau menjawab apa, karena disatu sisi aku sudah mulai ada rasa nyaman dengan bang fatuh tapi disisi lain aku juga gak bisa bohongin perasaan ini. Ya Tuhan.. Tolonglah hambamu ini (ucapku dalam hati) tak terasa 30 menit sudah berlalu aku masih belum memberi kepastian, sampai akhirnya aku meminta waktu untuk merenung sampai besok pagi.
Jam menunjukan pukul 05.00 pagi, selesai shalat subuh aku berdoa kepada sang maha kuasa untuk memantapkan keputusan ku. Setelah itu aku mengambil hp dan mengirimkan massage jawabanku yang isinya ‘nil, aku mau ketemu sama orang tua mu. Hari ini jamput aja kerumah ku ya. See you’.
Cerpen : Akhir Penantian Klasik Satu Windu (Bagian Keenam)
Singkat cerita akupun betemu dengan orang tua danil, dan diluar dugaan ternyata mereka sangat ramah kepadaku. Disaat itulah aku mulai dekat dengan keluarga danil banyak hal yang sering kami ceritakan sampai beberapa minggu kemudian danil dan keluarganya juga bekunjung ke rumah dan berkenalan dengan keluargaku.
Selain itu sekarang juga aku dan danil sering berkunjung yayasan panti asuhan yang biasa aku kunjungi dia juga mau menjadi donatur tetap malah dia sampai menawarkan pengobatan gratis untuk warga panti setiap bulannya.
Yang lebih mengejutkan lagi 2 bulan kemudian danil melamarku tentu akupun tidak menolaknya dan hingga akhirnya kami bisa mewujudkan hasil dari penantian kami satu windu yang penuh rintangan ini ke upacara sakral pernikahan tepatnya tanggal 20 september 2023.
Sekilas hikmah yang bisa diambil dari kisah ini adalah menjalin hubungan sampai menikah memang tidaklah mudah, perlu adanya perjuangan kedua belah pihak mulai dari fase perkenalan, kecocokan, memantaskan diri sampai harus merasakan lelahnya sebuah penantian.
Tapi tak masalah karena penantian dengan hati yang tulus dan kepercayaan akan membuahkan hasil yang manis walaupun dalam perjalanan tak mudah tapi kami sama-sama memantaskan diri hingga pendidikan yang kami tempuh sesuai harapan dan karir kami tercapai.
Rasanya sangat disayangkan jika generasi muda saat ini tertama yang masih dibawah umur jika sudah menyibukan diri dengan pacaran, yang banyak berujung ke pergaulan bebas, dengan alasan menjadikan pacaran sebagai penyemangat belajar padahal kenyataan nya justru menghancurkan pendidikan dan masa depannya.
Jadi tak ada salahnya menahan diri terlebih dahulu karena sebuah hubungan bukan hanya penyalur nafsu semata tapi hubungan yang sesungguhnya yaitu saat dua sejoli bisa bersatu dan menjalankan misi hidup dari tuhan secara bersama layaknya membangun organisasi kecil yang berjuang sampai tujuan akhir yaitu bisa bertemu sang pencipta kelak bersama.
Tamat ….
Cerpen ini ditulis oleh Nadia Nur Fadilah kamu juga bisa menulis karyamu di belapendidikan, dibaca jutaan pengunjung, dan bisa menghasilkan jutaan rupiah setiap bulannya, Daftar Sekarang