Menumbuhkan Budaya Literasi Dari Dalam Rumah

oleh -1105 Dilihat
Menumbuhkan budaya literasi dari dalam rumah
Menumbuhkan budaya literasi dari dalam rumah

Web portal pendidikan – Hasil kiriman opini pada kali ini yaitu budaya literasi dari dalam rumah. Untuk informasi lebih lengkap dapat kita simak dalam artikel berikut ini.

Budaya Literasi Harus Dari Dalam Rumah ?

Hasil penelitian dari World’s Most Literate Nations telah dirilis oleh Central Connecticut State University (CCSU) pada tahun 2016 silam. Dalam website resminya CCSU menjabarkan, bahwa

”The World’s Most Literate Nations (WMLN) ranks nations on—not their populace’s ability to read but rather—their populace’s literate behaviors and their supporting resources. The rankings are based on five categories standing as indicators of the literate health of nations: libraries, newspapers, education inputs and outputs, and computer availability,”

Penelitian yang fokus pada kebiasaan membaca ini menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara. Jauh di bawah Finlandia (1), Rep. Korea (22), Jepang (32), Singapura (36) bahkan negara tetangga Malaysia (53).

Sebagai negara yang kaya akan sejarah dan budaya, hasil tersebut tentu sangat memprihatinkan. Bagaimana bisa negara yang dulunya merupakan salah satu pusat peradaban dunia kini menjadi terbelakang dalam hal minat baca?

Rendahnya minat membaca di Indonesia secara menyeluruh merupakan pengaruh kolektif dari rendahnya minat baca di daerah-daerah dalam hal ini Kabupaten/Kota. Merujuk data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik tahun 2012, sebanyak 91,58 persen penduduk Indonesia yang berusia 10 tahun ke atas lebih suka menonton televisi. Hanya sekitar 17,58 persen saja masyarakat yang gemar membaca buku, surat kabar, ataupun majalah.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa Provinsi Jambi mempunyai nilai IPM sebesar 69,62 persen.

Bagaimana Dengan Minat Baca Sendiri di Provinsi Jambi ?

IPM Kota Jambi 76,14 persen merupakan yang tertinggi di Provinsi Jambi dan Tanjung Jabung Timur mempunyai nilai IPM sebesar 61,88 persen merupakan yang terendah di Provinsi Jambi.

Berikut IPM Kabupaten/Kota lain di Provinsi Jambi Tahun 2016: Sungai Penuh 73,35 persen, Kerinci 69,68 persen, Bungo 68,77 persen, Sarolangun 68,73 persen, Batanghari 68,70 persen, Tebo 68,05 persen, Merangin 67,86 persen, Muaro Jambi 67,55 persen, dan Tanjung Jabung Barat 65,91 persen.

Salah satu faktor penting yang erat kaitannya dengan minat baca dalam pengukuran perbandingan IPM selain pendidikan ialah melek huruf. Angka Melek Huruf (AMH) Provinsi Jambi Tahun 2016 terbilang cukup besar yakni 98,01 artinya sekitar 98 persen penduduk di Provinsi Jambi yang berumur 15 tahun ke atas dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.

AMH dengan nilai tertinggi di Provinsi Jambi didapat Kota Jambi dengan nilai sebesar 99,63 persen, sedangkan AMH terendah didapat Tanjung Jabung Timur dengan nilai sebesar 94,59 persen.

Inilah daftar AMH Kabupaten/Kota lain di Provinsi Jambi Tahun 2016: Sungai Penuh 98,90 persen, Muaro Jambi 98,63 persen, Tanjung Jabung Barat 98,27 persen, Batanghari 98,03 persen, Merangin 98,02 persen, Bungo 97,69 persen, Tebo 97,57 persen, Kerinci 97,54 persen, dan Sarolangun 97,12 persen.

Berdasarkan data-data di atas nilai IPM dan AMH di Provinsi Jambi sebenarnya cukup baik. Nilai IPM dan AMH Indonesia secara umum pun tidak bisa dikatakan buruk yakni 70,18 persen untuk nilai IPM Indonesia dan 97,93 persen untuk nilai AMH Indonesia.

Lantas mengapa minat baca di Indonesia berdasarkan penelitian CCSU di atas hanya menempati posisi 60 dari 61 negara?

Salah satu indikator penting dalam studi WMLN yang dilakukan CCSU terkait maraknya minat baca dalam suatu negara ialah keberadaan Perpustakaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan menyebutkan Perpustakaan diselenggarakan berdasarkan asas pembelajaran sepanjang hayat, demokrasi, keadilan, keprofesionalan, keterbukaan, keterukuran dan kemitraan, dan juga berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.

Di lingkup Provinsi Jambi masing-masing Kabupaten/Kota sudah memiliki Perpustakaan Umum dengan berbagai jenis tingkat Organisasi Perangkat Daerah (OPD) baik Badan, Dinas maupun Kantor.

Meski secara tipe kelembagaan berbeda namun secara substansi Perpustakaan Umum yang tersebar dimasing-masing Kabupaten/Kota mempunyai fungsi dan tujuan yang sama. Upaya Perpustakaan Umum untuk terhubung langsung dengan masyarakat pun telah lama dilakukan dengan mengoperasikan Perpustakaan Keliling hampir setiap hari secara sistematis.

Pembinaan terhadap Perpustakaan atau Pojok Baca Kantor Kecamatan dan Kelurahan, Perpustakaan Desa, serta Perpustakaan Khusus seperti yang terdapat di OPD Pemerintah Daerah juga Perguruan Tinggi dan Sekolah-sekolah semakin digalakkan oleh Perpustakaan Umum yang ada di Provinsi Jambi.

Semakin menjamurnya penggiat taman baca dan komunitas literasi di Jambi juga merupakan angin segar bagi dunia literasi di Jambi. Pemerintah Daerah, khususnya Perpustakaan Umum Daerah cukup terbantu dengan keberadaan taman baca yang terdapat di dalam lorong-lorong kota Jambi dan daerah lainnya dalam hal pembudayaan minat baca.

Karena memang tidak bisa dipungkiri, jika hanya mengandalkan Perpustakaan Keliling milik pemerintah untuk menjangkau seluruh area pemukiman penduduk yang begitu luas setiap harinya dalam waktu bersamaan merupakan perbuatan cukup sulit.

Maka disinilah peran Perpustakaan atau Pojok Baca Kantor Kecamatan dan Kelurahan, Taman Baca Masyarakat, Perpustakaan Komunitas Masjid atau tempat ibadah serta komunitas literasi lain.

Namun itu pun belum cukup untuk membangkitkan minat baca masyarakat Jambi secara signifikan. Sebagai perbandingan, Finlandia yang menempati urutan pertama dalam hal minat baca benar-benar menjadikan kegiatan membaca sebagai kebiasaan bahkan cenderung sebagai kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Pemerintah Finlandia selalu memberikan maternity package (Paket Persalinan) bagi orang tua yang baru mempunyai anak, di dalamnya terdapat sejumlah perlengkapan bayi serta dilengkapi dengan buku bacaan bagi orang tua maupun bagi bayi tersebut.

Perpustakaan di Finlandia begitu menjamur bahkan terdapat di pusat perbelanjaan, kantor polisi dan bus-bus. Kebanggan masyarakat Finlandia terhadap perpustakaan bisa terlihat dari hampir setiap orang menghabiskan waktunya di perpustakaan.

Dari website Finnish Library Service koleksi yang disediakan jumlahnya 6,5 kali lipat dari jumlah penduduk mereka. Total jumlah peminjaman pada tahun 2016 adalah 87 juta peminjaman. Kemudian berdasarkan data Badan Statistik Finlandia, pada tahun 2016 jumlah kunjungan fisik dan virtual ke Perpustakaan Umum sekitar 91 juta kunjungan.

Jika dirata-rata jumlah kunjungan setiap warga Finlandia adalah sekitar 16 kali dalam setahun. Sistem pendidikan Finlandia juga sangat mendukung dalam membudayakan minat baca.

Setiap anak diwajibkan membaca satu buku setiap minggu. Mendongeng atau story telling sebelum tidur yang ceritanya diambil dari dalam buku menjadi tradisi penting dalam keluarga.

Tak seperti Finlandia atau negara maju lainnya yang penduduknya rata-rata bisa membaca 20 s/d 30 judul buku dalam setahun, di Indonesia masyarakatnya paling banyak membaca 3 judul buku dalam setahun, atau berdasarkan penelitian UNESCO hanya 1 dari 1000 orang Indonesia yang memiliki minat baca tinggi.

Apalagi dalam era globalisasi dan memasuki tahun ke-3 Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) serta telah berjalannya Gerakan Menuju 100 Smart City yang digagas Pemerintah Pusat, Indonesia secara umum atau Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jambi khususnya mau tidak mau harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) disamping percepatan pembangunan dengan capaian sebatas sarana dan prasarana.

Hal yang paling sederhana bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM ialah dengan banyak membaca.

Dalam berbagai macam suku, ras serta ajaran agama apapun posisi orang tua merupakan panutan bagi anak-anaknya. Secara psikologis apa-apa yang dilakukan orang tua akan ditiru oleh sang anak. Begitu pun dengan kegiatan membaca.

Jika para orang tua mulai sejak dini mendidik anaknya untuk membaca, katakanlah buku bacaan anak-anak, atau kitab suci (terjemahan) yang penuh hikayat serta cerita-cerita sarat akan pesan moral dan budi pekerti yang luhur bukan tidak mungkin sang anak akan terus melakukan kebiasaan tersebut.

Mengkondisikan perpustakaan untuk keluarga merupakan sebuah solusi jitu untuk membudayakan kegiatan membaca di rumah.

Di kala pesatnya persebaran berbagai macam informasi baik yang bagus untuk dikonsumsi maupun yang tidak: penyebaran kebencian, hoax, serta berita-berita yang tidak patut untuk diketahui anak-anak.

Keberadaan Perpustakaan di rumah selain untuk menumbuhkan minat baca, bisa juga menjadi benteng serta kontrol untuk asupan informasi yang baik untuk keluarga. Tidak mesti menggunakan sistem klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification) serta OPAC (Online Public Access Catalog) seperti perpustakaan besar, asalkan terdapat buku maupun literatur lain sudah lebih dari cukup.

Bahan bacaan yang ringan dan mudah dicerna untuk anak-anak sangat dianjurkan untuk membentuk pola pikir sang anak. Berlangganan surat kabar atau majalah juga merupakan bentuk dahaga informasi yang baik untuk menumbuhkan minat baca di dalam rumah.

Sudah banyak penjual buku berkualitas secara daring (dalam jaringan) tersebar di berbagai media sosial dan lapak jual-beli. Harga yang ditawarkan pun juga agak miring. Bahkan tak jarang penerbit yang langsung menjual buku-bukunya tanpa harus melalui pihak ketiga.

Di beberapa kawasan di Jambi bahkan ada penjual buku-buku bekas meski tak sebanyak di Jakarta atau Jogja yang minat baca masyarakatnya perlu diapresiasi. Jadi sebenarnya alasan tidak membaca buku karena kekhawatiran mahalnya harga sebuah buku hanyalah isapan jempol belaka.

Mencintai sebuah buku takkan mungkin bisa tercapai jika tidak mulai mencintai kegiatan membaca. Jika sudah mencintai buku maka sudah pasti mencintai perpustakaan. Mengutip Henry David Thoreau (1817-1862) dalam puisinya,” buku adalah pembawa peradaban. Tanpa buku, sejarah sunyi, sastra bodoh, sains lumpuh, pemikiran dan spekulasi terhenti,”

Sudahkah anda membaca buku hari ini?.(*)

Penulis : Adey Sucuk Zakaria, S.IP

Tentang Penulis: Ahmad Andrian F

Gambar Gravatar
Bukan penulis profesional namun selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk para pembacanya. Mencerdaskan generasi milenial adalah tujuan situs ini berdiri. 800 Penulis sudah gabung disini, kamu kapan ? Ayo daftarkan dirimu melalui laman resmi keluhkesah.com