Balance Of Better, Sejahtera Tak Mesti Setara

oleh -1323 Dilihat
Balance of better, sejahtera tak mesti setara
Balance of better, sejahtera tak mesti setara

Web portal pendidikan – Pagi hari ini kita kedatangan opini baru dari Mila dengan judul “Balance of better, Sejahtera tak mesti harus setara”. Untuk ulasannya dapat kita lihat sebagai berikut.

Balance Of Better – Sejahtera Tak Mesti Setara

Bila kaum lelaki bisa melakukan segala hal, mengapa tidak dengan kaum perempuan? Bila kaum lelaki bisa dengan leluasa ke luar rumah untuk bekerja dan lain hal, maka perempuan pun bisa melakukan hal yang sama. Itulah salah satu diantara banyak jargon yang sering disuarakan kaum feminis.

Hari Perempuan Internasional yang diperingati 08 Maret lalu, mengusung tema “Balance For Better”. Alasannya adalah kesetaraan gender, keseimbangan dalam semua aspek terlebih dalam dunia kerja dan selisih gaji. (Detikcom)

Seperti yang dimuat dalam kumparancom, setidaknya ada 6 hal yang mesti diperjuangkan kaum perempuan di hari Perempuan Internasional tahun ini, diantaranya :

1. Kesempatan dalam dunia politik dan urusan negara

2. Kesempatan dalam dunia kerja

3. Perlindungan dan kenyamanan

4. Bebas berkarya dan berekspresi

5. Melanjutkan pendidikan

6. Kesetaraan bagi sesama perempuan

Itulah tuntutan kesejahteraan yang diinginkan dan diopinikan pada 8 Maret lalu.

Padahal kalau kita telaah lebih jauh lagi, tidak semua hal tersebut sesuai dengan fitrah perempuan. Ada ranah yang harus diperhatikan.

Namun inilah buah praktis dari paham kebebasan yang telah bercokol ditengah-tengah masyarakat.

Muslimah sudah termakan ide liberal sehingga menyandang posisi sebagai ibu dan pengatur rumah tangga saja dianggap sebagai kekangan. Hingga akhirnya mereka berkeinginan untuk keluar dari zona tersebut guna mencari kebebasannya.

Pemikiran rusak ini akan tumbuh subur selama kita menerapkan demokrasi dalam kehidupan.

Muslimah memilih mencari kebebasan di luar rumah untuk bekerja dan berkarir hanya untuk mencapai makna setara dengan kaum pria. Mereka juga bisa menghasilkan uang.

Padahal itu merupakan suatu kesalahan terbesar sebab banyak dari mereka yang akhirnya lalai terhadap kewajiban utamanya. Bahkan mereka rela bermaksiat dengan meninggalkan hukum-hukum syara’ ketika bekerja.

Dalam Islam, perempuan ditempatkan pada kedudukan yang mulia dan terhormat. Mereka tidak dibebani menafkahi keluarganya ataupun bagi dirinya sendiri, tapi diamanahkan kepada walinya; ayah, saudara laki-laki, paman, kerabat dekat, kerabat jauh, tetangga, negara.

Kaum perempuan, dengan fitrahnya sebagai seorang wanita memiliki peran dan posisi tersendiri. Sebagai anak, ia menjadi qurata a’yun bagi kedua orang tuanya.

Menjadi anak shalihah yang akan mendo’akan keduanya. Sebagai seorang istri, ia berkewajiban menjalankan amanah suami, menjaga harta dan rumah tangga suaminya serta menjalankan perannya sebagai ummu warobah Al-Bait (ibu dan pengatur rumah tangga).

Meneguhkan jihad suami, mencerdaskan generasi dan sesama kaum perempuan. Itulah sederet kemuliaan kaum perempuan dengan peran dan posisinya dalam naungan Islam.

Hal ini bukan berarti kaum perempuan tidak boleh keluar rumah untuk bekerja. Boleh saja, namun yang harus dipahami bahwa perempuan tidak berkewajiban untuk menafkahi dirinya sendiri dan keluarganya.

Bila ia bekerja, maka berarti ia telah melakukan kebaikan. Dinilai sebagai suatu bentuk ibadah. Tentu dengan rambu-rambu yang tak boleh dilangkahinya.

Adapun rambu-rambu aturan yang tak boleh dilanggar diantaranya:

1. Harus dengan izin walinya

2. Pekerjaannya haruslah pekerjaan yang dibenarkan oleh syariat

3. Menutup aurat dengan sempurna

4. Tidak berdua-duaan dengan non mahram

5. Tidak campur baur antara laki-laki dan perempuan

6. Jika menempuh perjalanan lebih dari 24 jam, maka harus ditemani mahram

6. Tidak mengabaikan kewajiban dakwah

7. Tidak mengabaikan kewajiban utama sebagai seorang istri dan ibu

Semua ini hanya akan terlaksana dengan baik bila diterapkannya Syariat Islam sebagai aturan kehidupan. Karena hanya Islam sajalah satu-satunya institusi yang akan melindungi kaum perempuan. 

Memuliakan hak dan posisi mereka di tempat yang seharusnya. Inilah yang membedakannya dengan sistem hari ini, yang meletakkan materi dan prestasi di atas segalanya.

Menjadikan seorang perempuan abai akan tugas dan tanggung jawabnya. Mereka rela melepas posisi dan perannya yang mulia.

Balance of better yang disuarakan pada event hari Perempuan Internasional kemarin, jelas keliru dan tidak sesuai dengan fitrah perempuan. Sejahtera tidak mesti setara namun harus sesuai fitrah, memuaskan akal dan pastinya membawa kepada ketentraman.

Hanya Islamlah satu-satunya dien yang sesuai dengan fitrah manusia. Mampu mengangkat derajat manusia ke tempat yang semestinya.

Karena Khilafah yang akan menerapkan syariat Islam secara totalitas di muka bumi ini. Menjadikan kaum wanita kian terhormat dengan menjalankan kewajiban, peran dan fungsinya.

Maka sudah saatnya kita bangkit. Memperjuangkan penerapan syariat dengan melakukan penyadaran di tengah-tengah ummat. Agar Allah segerakan pertolonganNya hingga Khilafah yang dinanti segera berdiri. Wallahu ‘alam bishowab.

Ditulis oleh : Mila Sari, S.Th.I
Ditulis oleh : Mila Sari, S.Th.I

Opini ini ditulis oleh Mila Sari, S.Th.I kamu juga bisa menulis karyamu di belapendidikan, dibaca jutaan pengunjung, dan bisa menghasilkan jutaan rupiah.

Klik disini untuk kirim tulisan, Atau bisa kirim tulisan lewat email redaksi@belapendidikan.com

Tentang Penulis: Ahmad Andrian F

Gambar Gravatar
Bukan penulis profesional namun selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk para pembacanya. Mencerdaskan generasi milenial adalah tujuan situs ini berdiri. 800 Penulis sudah gabung disini, kamu kapan ? Ayo daftarkan dirimu melalui laman resmi keluhkesah.com