Jurnaliscun.com – Budaya kerja merupakan sikap terhadap pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja dibandingkan dengan kegiatan lain. Saya akan menjelaskan Pengertian Budaya Kerja, Pentingnya Budaya Kerja, Pola dan Hadiran Budaya Kerja, Budaya Kerja: Anggapan Dasar Tentang Kerja.
Link artikel dalam bentuk word dapat anda buka disini Budaya Kerja
![]() |
Budaya Kerja Dalam Pekerjaan |
Pengertian Budaya Kerja
Nama budaya tercantum di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), tetapi dijual oleh Departemen Pariwisata Ps dan Telekomunikasi (Depparpostel). Kehadiran sebagian budaya, misalnya seni panggung, dicurigai oleh politisi karena dianggap dapat menjadi alat subversi. sementara pembicaraan berbau SARA dipandang haram.
Sektor budaya, kendatipun disanjung sebagai kebanggaan, namun sering dibanting karena dituduh sebagai biang hambatan pembangunan dan kambing hitam kegagalan proyek dan aturan permainan. Maka posisi budaya melemah berkepanjangan. Pembangunan jatuh dari wawasan budaya.
Untunglah masih ada Koentjaraningrat yang menulis kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan (1974), dan ada Budhi Paramita yang menulis “Masalah Keserasian Budaya dan Manajemen di Indonesia” dalam majalah Manajemen & Usahawan Indonesia edisi November-Desember 1986, sekadar menyebut dua exempli gratia. Budhi Paramita mendefinisikan budaya kerja secara umum sebagai :
“Sekelompok pikiran dasar atau program mental yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kerjasama manusia yang dimiliki oleh suatu golongan masyarakat”
Sikap maupun perilaku kerja tersebut terbentuk baik di dalam masyarakat maupun di dalam organisasi atau perusahaan. Sudah barang tentu, warna budaya kerja sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat (makro) atau budaya organisasi (perusahaan) yang bersangkutan.
Pentingnya Budaya Kerja
Temuan berbagai penelitian menunjukan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara budaya organisasi. Lebih-lebih budaya kuat, dengan prestasi kerja (performance) karyawannya. Budhi Paramita dalam makalahnya tersebut misalnya menunjukan bahwa di banyak negara tingkat pendidikan (x) tidak langsung korelatif dengan pertumbuhan ekonomi (y). Harus ada variabel z yang memungkinkan atau membuat X berhubungan dengan Y. Ternyata variabel Z itulah budaya kerja.
Penelitian yang dilakukan oleh L. W. Budiwantarta di sebuah bank swasta asing di Jakarta (1995) juga menunjukan bahwa pembentukan budaya organisasi membawa dampak positif terhadap kinerja perusahaan. Bagaimana budaya kerja mempengaruhi kinerja SDM ?
![]() |
Membangun Budaya Kerja |
Pola dan Hadiran Budaya Kerja
Nilai bersifat abstrak. Untuk bisa hadir dan dapat diamati atau dirasakan, nilai memerlukan vehicle sekaligus perekam, ibarat suara dengan pita, kasih sayang dengan bunga. Jadi budaya (B) adalah nilai (N) dengan vehicle (V) – nya, atau dengan rumus :
Budaya dapat menghadirkan dirinya, melalui empat macam bentuk, yaitu : Raga (R), Perilaku (PL), Sikap (S) dan Pendirian (P). Ambilah nilai disiplin sebagai contoh.
Seringkali nilai disiplin hadir pada tingkat raga, misalnya pakaian seragam. Jika nilai itu terinternalisasi hanya sampai pada tingkat perilaku seseorang, dan jika diketahui perilaku terbentuk karena intensif, yaitu reward dan punishment, maka jika intensif berkurang atau tidak ada, perilakunya pun berubah menjadi malas.
Tetapi jika nilai disiplin telah terinternalisasikan sampai pada tingkat pendirian (dalam ruang belief) menjadi bagian dirinya, menjadi bagian self, maka disiplin menjadi self-discipline, Self-discipline tidak lagi bergantung pada insentif, tetapi bergerak berdasarkan kesadaran sendiri, otonom, penuh tanggung jawab, dan kinerja disiplin pun meningkat.
Budaya Kerja: Anggapan Dasar Tentang Kerja
Hadiran berbentuk pendirian pada Matriks VII-1 menurut literatur budaya organisasi dapat juga disebut basic assumption tentang sesuatu, dalam hal ini kerja. Kerja itu apa ? Apakah hakikat kerja ? Sepanjang sejarah dapat diidentifikasi berbagai pernyataan tentang kerja.
- Kerja adalah hukuman. Manusia sebenarnya hidup bahagia tanpa kerja di Taman Firdaus, tetapi karena ia jatuh ke dalam dosa, maka ia dihukum: untuk bisa hidup sebentar manusia harus bekerja banting tulang cari makan. Salah satu bentuk hukuman adalah kerja paksa.
- Kerja adalah beban. Bagi orang malas, kerja adalah beban. Juga bagi kaum budak atau pekerja yang berada dalam posisi lemah.
- Kerja adalah kewajiban. Dalam sistem birokrasi atau sistem kontraktual, kerja adalah kewajiban, guna memenuhi perintah atau membayar hutang.
- Kerja adalah sumber penghasilan. Hal ini jelas. Kerja sebagai sumber nafkah merupakan anggapan dasar masyarakat pada umumnya.
- Kerja adalah kesenangan. Kerja sebagai kesenangan seakan hobi atau sport. Hal ini ada kaitanya dengan leisure, sampai pada SDM yang workaholic.
- Kerja adalah gengsi, prestise. Kerja sebagai gengsi berkaitan dengan status sosial dan jabatan. Jabatan struktur misalnya, jauh lebih diidamkan ketimbang jabatan fungsional.
- Kerja adalah aktualisasi diri. Kerja di sini dikaitkan dengan peran, cita cita atau ambisi. Bagi seseorang yang menganut anggapan dasar ini, lebih baik jadi kepala ayam ketimbang menjadi ekor sapi.
- Kerja adalah panggilan jiwa. Kerja disini dikaitkan dengan bakat. Dari sini tumbuh profesionalisme dan pengabdian kepada kerja.
- Kerja adalah pengabdian kepada sesama. Kerja dengan tulus tanpa pamrih.
- Kerja adalah hidup. Hidup diabdikan dan diisi untuk dan dengan kerja.
- Kerja adalah ibadah. Kerja merupakan pernyataan syukur atas kehidupan di dunia ini. Kerja dilakukan seakan akan kepada dan bagi kemuliaan nama Tuhan dan bukan kepada manusia. Oleh karena itu orang bekerja penuh enthusiasm.
- Kerja adalah suci. Kerja harus dihormati dan jangan di cemarkan dengan perbuatan dosa, kesalahan, pelanggaran dan kejahatan.
![]() |
Pengertian Budaya Kerja |
- Pengertian Budaya Kerja
- Pentingnya Budaya Kerja
- Pola dan Hadiran Budaya Kerja
- Budaya Kerja : Anggapan Dasar Tentang Kerja
- Budaya Kerja : Sikap Terhadap Pekerjaan
- Budaya Kerja : Perilaku Ketika Bekerja
- Budaya Kerja: Etos Kerja